Selasa, 11 Oktober 2016

PERUBAHAN DAN ADAPTASI PSIKOLOGIS KEHAMILAN



MATERI  PERUBAHAN DAN ADAPTASI PSIKOLOGIS
DALAM KEHAMILAN
Dosen : Meilisa, S.SiT

Kehamilan adalah sebuah masa perubahan dari keadaan sebelum hamil. Kehamilan umumnya dikaitkan dengan masa krisis dan berakhir ketika bayi dilahirkan. Titik akhir ini merupakan pemecahan krisis tersebut, tetapi apakah wanita siap menjalani titik akhir ini tergantung pada apakah dia melalui perubahan psikologis selama kehamilan atau tidak. Perubahan psikologis ini sering terlihat berhubungan dengan perubahan fisik yang berperan pada tiap tahapan kehamilan (Pusdiknakes, 2003).
Wanita hamil tidak hanya mengalami perubahan fisik, akan tetapi mereka juga mengalami perubahan psikologis dan emosional. Seringkali kita mendengar seorang wanita mengatakan betapa bahagianya dia karena akan menjadi seorang ibu yang siap mengurus bayinya mulai dari saat lahir, balita, remaja hingga beranjak dewasa sampai sang anak mampu hidup mandiri dan bahwa dia sudah memilihkan sebuah nama untuk bayi yang akan dilahirkannya. Namun tidak jarang kita juga menghadapi wanita hamil yang merasa khawatir jika terjadi masalah dalam kehamilannya, khawatir kalau ada kemungkinan dia kehilangan kecantikannya atau ada kemungkinan bayi yang dikandungnya tidak normal (Pusdiknakes, 2003).
Sebagai seorang bidan kita harus menyadari adanya perubahan-perubahan tersebut pada wanita hamil agar dapat memberikan dukungan dan perhatian terhadap keprihatinan yang dialami ibu hamil, kekhawatiran, ketakutan dan bidan dapat menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin timbul dari ibu, sehingga ibu merasa nyaman dengan perubahan psikologis yang dialaminya.

A.    TRIMESTER I
Trimester pertama disebut sebagai masa penentuan dan sering merupakan masa kekhawatiran. Segera setelah tejadi perubahan, hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh akan meningkat dan ini menyebabkan timbulnya rasa mual-mual pada pagi hari, lemah, lelah dan membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan seringkali membenci kehamilannya. Banyak ibu yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan. Seringkali pada awal kehamilannya ibu berharap untuk tidak hamil (Varney, H. 2001).
Pada trimester pertama seorang ibu akan mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama. Karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang ibu yang mungkin diberitahukannya kepada orang lain atau dirahasiakannya.
Perubahan psikologis yang terjadi pada trimester I antara lain :
1.      Ibu merasa tidak sehat dan seringkali membenci kehamilannya atau menolak perubahan fisik.
2.      Merasa kecewa, cemas dan sedih.
3.      Seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil.
4.      Terbuka atau diam-diam
5.      Terjadi perubahan libido
Hasrat untuk melakukan hubungan seks pada wanita hamil trimester pertama ini berbeda-beda. Walaupun beberapa wanita mengalami kegairahan seks yang lebih tinggi, kebanyakan mereka mengalami penurunan libido selama periode ini. Keadaan ini menciptakan kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan suami. Banyak wanita merasa kebutuhan untuk dicinta dan merasakan kuat untuk mencintai namun tanpa seks. Libido sangat dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual, pembesaran payudara, keprihatinan dan kekhawatiran. Semua ini merupakan bagian normal dari proses kehamilan pada trimester pertama.
Reaksi pertama seorang pria ketika mengetahui dirinya akan menjadi ayah adalah timbulnya kebanggaan atas kemampuannya mempunyai keturunan bercampur dengan keprihatinan akan kesiapannya untuk menjadi seorang ayah dan pencari nafkah untuk keluarganya. Seorang calon ayah mungkin akan sangat memperhatikan keadaan ibu yang sedang mulai hamil dan menghindari hubungan seks karena takut akan mencederai bayinya. Ada pula pria yang hasrat seksnya terhadap wanita hamil relatif lebih besar. Disamping respon yang diperhatikannya, seorang ayah perlu dapat memahami keadaan ini dan menerimanya. Perubahan psikologis pada trimester I disebabkan karena adaptasi tubuh terhadap peningkatan hormon progesteron dan estrogen (Sulistyawati, 2009).

B.  TRIMESTER II
Trimester II sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan. Tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil pun sudah berkurang. Perut ibupun belum terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai beban. Ibu sudah menerima kehamilannya dan dapat mulai menggunakan energi dan pikirannya secara lebih konstruktif.
Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan bayinya. Banyak ibu yang merasa terlepas dari kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada trimester pertama dan nafsu makan ibusudah kembali seperti biasa. Kebanyakan wanita merasa lebih erotis selama trimester kedua, hampir 80% wanita hamil mengalami peningkatan dalam hubungan seks dibandingkan pada trimester pertama dan sebelum kehamilan. Pada trimester kedua relatif lebih bebas dari ketidaknyamanan fisik, ukuran perut belum menjadi suatu masalah, lubrikasi vagina lebih banyak dan hal yang menyebabkan kebingungan sudah surut, dia telah berganti dari mencari perhatian ibunya menjadi mencari perhatian pasangannya, semua faktor ini berperan pada meningkatnya libido dan kepuasan seks.
Ibu merasa bahwa bayi yang dikandungnya  sebagai individu yang  merupakan bagian dari dirinya, kesadaran yang baru ini menimbulkan perubahan dalam memusatkan dirinya ke bayinya. Pada saat ini jenis kelamin bayi tidak begitu penting, perhatian ditujukan pada kesehatan bayi dan kehadirannya dalam keluarga.
Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau yang baru menjadi ibu dan ketertarikan dan aktifitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran dan persiapan untuk peran baru. Tubuh ibu sudah beradaptasi dengan kadar hormon yang lebih tinggi, sehingga merasa lebih sehat dibandingkan dengan trimester I (Sulistyawati, 2009).




C.   TRIMESTER III
Trimester ketiga seringkali disebut periode penantian/menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu, ini menyebabkan ibu mengingatkan kewaspadaan akan timbulnya tanda dan gejala terjadinya persalinan. Ibu juga merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.
Ibu seringkali merasa khawatir atau takut kalau-kalau bayi yang dilahirkannya tidak normal. Ibu bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya, ibu lebih sering bermimpi tentang bayinya, anak-anak, persalinan, kehilangan bayi atau terjebak di suatu tempat kecil dan tidak bisa keluar. Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan dan merasa khawatir akan keselamatannya.
Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek, sehingga memerlukan perhatian lebih besar dari pasangannya. disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil, terdapat perasaan mudah terluka (sensitif). Hasrat seksual tidak setinggi pada trimester kedua karena abdomen merupakan sebuah penghalang. Posisi alternatif untuk hubungan seksual dan metode alternatif yang memberikan kepuasan seksual mungkin membantu atau malah menimbulkan perasaan bersalah jika ada ketidaknyamanan dalam berhubungan seksual. Bersikap terbuka dengan pasangan atau konsultasi dengan bidan atau tenaga kesehatan lain adalah hal yang penting. Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua, bahkan mereka juga memilih sebuah nama untuk bayi yang akan dilahirkan. Keluarga mulai menduga-duga apakah bayinya laki-laki atau perempuan dan akan mirip siapa. Trimester III merupakan periode penantian/menunggu dan merupakan saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua (Sulistyawati, 2009).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar