HAND OUT
MATA
KULIAH :
Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan
Balita
TOPIK : Konsep asuhan neonatus, bayi dan anak balita
SUB
TOPIK : Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar
uterus
WAKTU : 120 menit
DOSEN : Meilisa, S.SiT
OBYEKTIF PERILAKU SISWA
|
Mahasiswa mampu Menjelaskan Adaptasi
bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus
REFERENSI
|
1.
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan dan Kandungan. Jakarta:
YBP-SP
2.
Saifudin Abdul Bahri. 2010. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal . Jakarta: YBP_SP
3.
Varney, Hellen. 2009. Asuhan Kebidanan Vol. 2. Jakarta
PENDAHULUAN
|
Sebagai seorang bidan harus mampu
memahami tentang beberapa adaptasi atau perubahan fisiologi bayi baru lahir (BBL). Hal ini
sebagai dasar dalam memberikan asuhan kebidanan yang tepat. Setelah lahir, BBL
harus mampu beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung (plasenta) menjadi
mandiri secara fisiologi. Setelah lahir, bayi harus mendapatkan oksigen melalui
sistem sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi per oral untuk
mempertahankan kadar gula darah yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan
setiap penyakit/infeksi.
Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi,
yaitu dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini
berlagsung sampai 1 bulan atau lebih. Transisi yang paling cepat terjadi adalah
pada sistem pernapasan, sirkulasi darah, termoregulasi, dan kemampuan dalam
mengambil dan menggunakan glukosa.
MEDIA
|
Media
yang digunakan :
- Laptop
- LCD
- Whiteboard
MATERI
|
A. ADAPTASI
/PERUBAHAN FISIOLOGI PADA BBL
Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan
fisiologis pada bayi baru lahir adalah :
1.
Perubahan sistim
pernapasan / respirasi
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen
dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus
melalui paru – paru.
a.
Perkembangan
paru-paru
Paru-paru
berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan kemudian
bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus
berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolusn akan
sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas
sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi
kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan
tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
b.
Awal
adanya napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
1.
Hipoksia
pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
2.
Tekanan
terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis.
3.
Interaksi
antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan
pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk
kehidupan.
4.
Penimbunan
karbondioksida (CO2)
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan
akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan
janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat
gerakan pernapasan janin.
5.
Perubahan suhu
Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
c.
Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1.
Mengeluarkan
cairan dalam paru-paru
2.
Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama
kali.
Agar alveolus
dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin /sfingomielin)
yang cukup dan aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20
minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar
30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan
permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak
kolaps pada akhir pernapasan.
Tidak adanya
surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan
lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres
pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.
d.
Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati
jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari
paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan secar sectio sesaria kehilangan
keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam
jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara
memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan
dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
e.
Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi
kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempertahankan kecukupan pertukaran udara.Jika terdapat hipoksia, pembuluh
darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti
tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam
alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk
hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam
alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang
perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
2. Perubahan pada
sistem peredaran darah
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan
mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan.Untuk
membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan
besar :
a.
Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
b.
Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh
sistem pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan
cara mengurangi /meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
Dua peristiwa yang merubah tekanan
dalam system pembuluh darah
1)
Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh
sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium menurun
karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan
penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini
membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk
menjalani proses oksigenasi ulang.
2)
Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh
darah paru-paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada
pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru.
Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan
tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan
penurunan pada atrium kiri, toramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri,
foramen ovali secara fungsional akan menutup.
3)
Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika
dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah lahir
dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung
2-3 bulan.
4)
Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi
a)
sirkulasi darah fetus
(1) Struktur tambahan pada sirkulasi fetus
(a) Vena umbilicalis :
membawa darah yang telah mengalami deoksigenasi dari plasenta ke permukaan
dalam hepar
(b) Ductus venosus :
meninggalkan vena umbilicalis sebelum mencapai hepar dan mengalirkan sebagian
besar darah baru yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
(c) Foramen ovale :
merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat atrium dextra ke dalam
ventriculus sinistra
(d) Ductus arteriosus
: merupakan bypass yang terbentang dari venrtriculuc dexter dan aorta
desendens
(e) Arteri
hypogastrica : dua pembuluh darah yang mengembalikan darah dari fetus ke
plasenta. Pada feniculus umbulicalis, arteri ini dikenal sebagai ateri
umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut dikenal sebagai arteri
hypogastica.
2). Sistem sirkulasi fetus
a). Vena umbulicalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke
permukaan dalam hepar. Vena hepatica meninggalkan hepar dan mengembalikan darah
ke vena cava inferior
b). Ductus venosus : adalah cabang – cabang dari vena umbilicalis dan
mengalirkan sejumlah besar darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava
inferior
c). Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah beredar dalam
ekstremitas inferior dan badan fetus, menerima darah dari vena hepatica dan
ductus venosus dan membawanya ke atrium dextrum
d). Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang
mengalami oksigenasi dalam ventriculus dextra untuk menuju ke atrium sinistra,
dari sini darah melewati valvula mitralis ke ventriculuc sinister dan kemudian
melaui aorta masuk kedalam cabang ascendensnya untuk memasok darah bagi kepala
dan ekstremitas superior. Dengan demikian hepar, jantung dan serebrum menerima
darah baru yang mengalami oksigenasi
e). Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala dan ekstremitas
superior ke atrium dextrum. Darah ini bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena
cava inferior melewati valvula tricuspidallis masuk ke dalam venriculus dexter
f). Arteria pulmonalis : mengalirkan darah campuran ke paru - paru yang
nonfungsional, yang hanya memerlukan nutrien sedikit
g). Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah dari vena
ventriculus dexter ke dalam aorta descendens untuk memasok darah bagi abdomen,
pelvis dan ekstremitas inferior
h). Arteria hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria illiaca interna,
membawa darah kembali ke plasenta dengan mengandung leih banyak oksigen dan
nutrien yang dipasok dari peredaran darah maternal
b)
Perubahan pada saat lahir
1). Penghentian pasokan darah dari plasenta
2). Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru
3). Penutupan foramen ovale
4). Fibrosis
a). Vena umbilicalis
b). Ductus venosus
c). Arteriae hypogastrica
d). Ductus arteriosus
Sirkulasi darah bayi sirkulasi darah janin
3. Pengaturan suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami
stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya
lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada
lingkungan yang dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan
usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan
suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi
panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan
panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus
menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi
panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak
coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia
kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia,
hipoksia dan asidosis. Sehingga upaya pncegahan kehilangan panas merupakan
prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada
BBL
4. Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan
tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus
mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru
lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan
3 cara :
a.
melalui penggunaan ASI
b.
melaui penggunaan cadangan glikogen
c.
melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama
lemak.
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan
membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi).Hal ini hanya terjadi jika bayi
mempunyai persediaan glikogen yang cukup.Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa
dalam bentuk glikogen terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam
rahim. Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan
hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran. Keseimbangan
glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi
cukup bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka
otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat
bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan
stres janin merpakan risiko utama, karena simpanan energi berkurang (digunakan
sebelum lahir).
Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas,meliputi; kejang-kejang
halus, sianosis, apneu, tangis lemah, letargi,lunglai dan menolak makanan.
Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang
hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di seluruh di sel-sel otak.
5. Perubahan sistem gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek
gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik pada saat lair.
Kemampuan bayi
baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih
terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang
mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas lambung
masih terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas
lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru
lahir. Pengaturan makanan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya
memberi ASI on demand.
6. Sistem kekebalan tubuh/ imun
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan
neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang
matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami
terdiri dari struktur pertahana tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi.
Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
a.
perlindungan oleh kulit membran mukosa
b.
fungsi saringan saluran napas
c.
pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
d.
perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang
membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini
masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi
infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif
mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan
terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak.
Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem
kekebalan tubuh.
Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi
infeksi dan reaksi bayi terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu,
pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan yang aman dan
menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini
infeksi menjadi sangat penting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar